Header Ads

Ke-PMII-an

Rayda PMII Purwokerto - Cikal bakal PMII bermula dari adanya Hasrat kuat para mahasiswa NU untuk membentuk suatu Organisasi yang beredeo;ogi Ahlussunnah Waljama’ah (ASWAJA). Ide ini tak terpiasahkan dari eksisitensi IPNU-IPPNU, secara historis, PMII merupakan mata rantai dari departemen perguruan tinggi IPNU yang di bentuk dalam muktamar III PNU di Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 27-31 Desember 1958. Di dalam wadah IPNU-IPPNU ini banyak terdapat mahasiswa yang menjadi anggotanya, bahkan mayoritas fungsional pengurus pusat IPNU-IPPNU itu mahasiswa. Itulah sebabnya, para mahasiswa NU memiliki keinginan untuk membentuk suatu wadah khusus (Organisasi). Pemikiran ini sempat terlontar pada muktamar II IPNU tanggal 1-5 Januari di Pekalongan, Jawa Tengah. Tapi dari pimpinan IPNU iyu sendiri tidak menanggapi secara serius. Hal ini mungkin di karenakan kondisi di dalam IPNU sendiri masih perlu pembenahan, yakni banyaknya fungsionaris IPNU yang masih bersetatus mahasiswa, sehingga dikhawatirkan bila wadah khusus untuk mahasiswa ini berdiri akan mempengaruhi perjalananipnu yang baru saja terbentuk. Tapi aspirasi kalangan mahasiswa yang ada dalam IPNU ini makin kuat, terbukti pada muktamar III IPNU di Cirebon Jawa Barat, yang saat itu pimpinan IPNU di desak oleh para peserta muktamar untuk membentuk suatu wadah khusus yang akan menampung para mahasiswa NU, namun secara fungsional dan structural masih dalam naungan IPNU.

    Namun Langkah yang di ambil oleh IPNU untuk menampung aspirasi mahasiswa NU dengan membentuk Departemen perguruan tinggi IPNU. Namun pada kenyataannya tidak berjalan sesuai dengan harapan, terbukti pada Konprensi Besar IPNU di Kaliurang, Yogyakarta pada tanggal 14-16 Maret 1960, di situ memutuskan terbentuknya suatu Organisasi mahasiswa NU yang terpisah secara struktural maupun fungsional dari IPNU-IPPNU.

Upaya Dibalik kelahiran PMII

Sebelum lahirnya Organisasi PMII, para Mahasiswa nahdiyin sebenarnya sudah lama melakukan upaya untuk mendirikan suatu wadah khusus bagi mereka, hal ini dapat dilihat dengan adanya kegiatan sekelompok mahasiswa NU diantaranya ada

1.Berdirinya IMANU (Ikatan Mahasiswa NU) pada bulan Desember 1955 di Jakarta. Namun IMANU sendiri belum bisa diterima oleh banyak orang, terutama dari kalangan sepuh, karena disaat itu IPNU juga baru didirikan pada tanggal 24 Februari tahun 1954, yang notabenya sebagian besar dari kalangan mahasiswa sehingga dikhawatirkan akan melumpuhkan IPNU itu sendiri.

2.Berdirinya KMNU (Keluarga Mahasiswa NU) pada tahun 1955 di Surakarta, Jawa Tengah yang diprakarsai oleh H. Mustahal Ahmad. Bahkan KMNU sendiri masih bertahan Sampai 1960 saat PMII sudah lahir.

3.Lahirnya PMNU (Persatuan Mahasiswa NU) di Bandung. Dan masih banyak lagi dikota-kota lain dimana ada perguruan tinggi yang mempunyai gejala yang sama, tetapi pimpinan IPNU tetap menahan usaha-usaha tersebut dengan suatu pemikiran bahwa pimpinan pusat IPNU akan lebih mengintensifkan dengan mengadakan penelitian pada dua masalah pokok : 

1)Seberapa besar potensi mahasiswa NU

2)Sampai seberapa jauh kemampuan untuk berdiri sebagai organisasi mahasiswa. 

Upaya yang dilakukan IPNU adalah  dengan membentuk DPT (Departemen Perguruan Tinggi) untuk menampung aspirasi mahasiswa NU, namun dengan kehadirannya tidak memberikan kemajuan dan perkembangan mahasiswa NU karena beberapa hal,

1)Kondisi obyektif menunjukan bahwa keinginan para pelajar sangat berbeda dengan keinginan, dinamika, dan prilaku mahasiswa.

2)Kenyataan gerak dari DPT itu sangat terbatas.

Proses Kelahiran PMII

Pada puncak Konfersi Besar IPNU 14-17 Maret 1960 di Kaliurang, Yogyakarta di cetuskan suatu keputusan perlunya didirikan suatu Organisasi Mahasiswa yang terlepas dari IPNU baik secara structural maupun administrative. Kemudian dibentuklah panitia sponsor pendiri yang terdiri dari 13 orang dengan tugas melaksanakan musyawarah mahasiswa NU se-Indonesia, bertempat di Surabaya dengan limit waktu satu bulan setelah keputusan itu.

Adapun 13 seponsor pendiri itu adalah sebagai berikut : 

1.Sahabat Cholid Mawardi (Jakarta)

2.Sahabat sa’id Budairi (Jakarta)

3.Sahabat Sobich Ubaid (Jakarta)

4.Sahabat Makmum syukri (Bandung)

5.Sahabat Hilman (Bandung)

6.Sahabat Ismail Makki (Yogyakarta)

7.Sahabat Munsif Nahrawi (Yogyakarta)

8.Sahabat Nuril Huda Suaidy (Surakarta)

9.Sahabat Laily Mansyur (Surakarta)

10.Sahabat Abdullah Wahab Jailani (Semarang)

11.Sahabat Hisbullah Huda (Surabaya)

12.Sahabat Cholid Narbuko (Malang)

13.Sahabat Ahmad Husain (Makasar)

    Dan pada tanggal 19 Maret 1960 setelah Konfersi Besar IPNU, terlebih dahulu 3 dari 13 seponsor pendiri berangkat ke Jakarta untuk menghadap Ketua Umum Partai NU yaitu KH. DR. Idham Khalid untuk meminta restu dan nasehat sebagai pegangan pokok dalam musyawarah yang akan di laksanakan. Dan pada tanggal 24 Maret 1960 mereka diterima oleh ketua partai NU, dalm pertemuan tersebut selain memberikan nasehat, beliau juga menekankan hendaknya organisasi yang akan di bentuk itu benar-benar dapat diandalkan sebagai kader partai NU, dan menjadi mahasiswa yang berperinsip ilmu untuk diamalkan bagi kepentingan masyarakat, bukan ilmu untuk ilmu.yanglebih penting lagi yaitu menjadi manusia yang cakap serta bertakwa kepada Allah SWT. Setelah itu beliau menyataka “merestui musyawarah mahasiswa nahdliyin yang akan di adakan di Surabaya”. Dan 3 dari 13 seponsor pendiri yang berangkat soan itu adalah 

1)Sahabat Hisbullah Huda (Surabaya)

2)Sahabat Said Badairy (Jakarta)

3)Sahabat Makmun syukri (Bandung)

    Awal mula berdirinya PMII nampaknya lebih dimaksudkan sebagai alat untuk memperkuat partai NU. Terlihat jelas dalam aktifitas PMII pada tahun 1960-1972, Sebagian besar program-programnya berorientasi politis. Karena,adanya anggapan bahwa PMII di lahirkan untuk pertama kali sebagai kader muda partai NU, dan pada waktu itu suasana kehidupan berbsngsa dan bernegara sangat kondusif untuk Gerakan-gerakan politik.

    H. Mahbub Junaidi mengatakan (sambutan pada acara panca warsa hari lahir PMII) “Mereka bilang mahasiswa yang baik adalah mahasiswa yang non partai, bahkan non politis, yang berdiri diatas semua golongan, tidak kesana, tidak kesini, seperti seorang mandor yang tidak berpihak. Sebaliknya kita beranggapan, justru mahasiswa itulah yang harus berpartisipasi secara konkrit dengan kegiatan-kegiatan partai politik”. 

    Seperti yang telah kita ketahui bahwa 13 sponsor pendiri PMII berasal dari 8 daerah/kota yang berbeda-beda, dan delapan daerah/kota itulah yang akan menjadi cikal bakal berdirinya cabang-cabang PMII yang pertama kali. Adapun yang menjadi pucuk pimpinan PMII (sekarang PB) periode pertama ini adalah sebagai berikut :

SUSUNAN PIMPINAN PUSAT PMII

(periode 1960-1961)

Ketua Umum : H. Mahbub Junaidi

Ketua Satu : Drs. H. Chalid Mawardi

Ketua Dua : Drs. H. Susanto Martoprasono

Sekertaris Umum : H.M. Said Budairi

Sekertaris Satu : Drs. Munsif Nahrowi

Sekertaris Dua : A. Aly Ubaid

Keuangan Satu : M. Sobikh Ubaid

Keuangan Dua : Ma’sum

Departemen-departemen

Pendidikan dan Pengajaran : MS.Hartono, BA

Penerangan dan Publikasi : Aziz Marzuki

Kesejahteraan Mahasiswa : Drs. H. Fahrurrozi

Kesenian dan Kebudayaan : HM. Said Budiari

Keputrian : Mahmudah Nahrowi

Luar Negri : Nukman

Pembantu Umum : Drs. H. Ismail Makky

  Drs. H. Makmum Syukri

  Hisbullah Huda, HS

  Drs. Mustahal Ahmad

    Susunan kepengurusan yang ada di atas adalah kelanjutan dari hasil Musyawarah Mahasiswa NU disekolah Mu’alimat NU Wonokromo kota Surabaya, 14-16 April 1960 yang memutuskan hal-hal sebagai berikut.

1)Berdirinya organisasi Mahasiswa NU yang diberi nama Pergarakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

2)Penyusunan peratuan dasar PMII yang didalam Mkadimahnya jelas dinyatakan bahwa PMII merupakan mata rantai dari departemen perguruan tinggi IPMU-IPPNU.

3)Persidangan dalam musyawarah bertempat di Gedung madrasah Muallimin NU wonokromo Surabaya, dimulai tanggal 14-16 April 1960. Sedangkan peraturan dasar PMII dinyatakan berlaku pada tanggal 17 April 1960. Maka muali dari itulah PMII berdiri pada tanggal 17 April 1960, dan dinyatakan sebagai hari lahir PMII.

4)Memutuskan membentuk 3 orang formatur yakni H. Mahbub Junaidi sebagai Ketua Umum, A. Chalid Mawardi sebagai Ketua Satu, dan M Said Budairi sebagai Sekertaris Umum PP. PMII.

    `Mengenai Nama PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) adalah usulan dari delegasi Bandung dan Surabaya yang mendapat dukungan dari utusan Surakarta. Sementara delegasi dari Yogyakarta mengusulkan nama “Perhimpunan/Persatuan Mahasiswa Ahlussunnah Waljamaah” dan nama “Perhimpunan Mahasiswa Sunny”. Sedangkan utusan dari Jakarta mengusulkan nama “IMANU” (Ikatan Mahasiswa Pelajar Nahdlotul Ulama).

    Akhirnya forum menyetujui Nama PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), setelah melalui beberapa perdebatan yang permasalahannya mengerucut pada huruf “P”. kemudian atas dasar pemikiran bahwa sifat Mahasiswa itu aktif. Selanjutnya kalimat mendapat awalan “Per” dan akhiran “An”. Maka disepakati huruf “P” kependekan dari PERGERAKAN.

    Adapun susunan kepengurusan pusat PMII periode pertama ini baru tersusun lengkappada bulan Mei 1960. Seperti yang diketahui bahwa PMII pada awal berdirinya adalah organisasi Dependen dengan NU, maka PP PMII mengirim surat permohonan kepada PBNU pada tanggal 8 Juni 1960 untuk mengesahkan kepengurusan PP PMII tersebut, dan pada tanggal 14 Juni 1960 PBNU menyatakan bahwa organisasi PMII dinyatakan dengan sah sebagai keluarga besar partai NU, dan diberi mandate oleh PBNU untuk mendirikan cabang-cabang di detiap wilayah di Indonesia, dan yang menandatangani SK tersebut adalah Ketua Umum PBNU DR. KH. Idham Kholid dan Wakil Sekertaris Jendral H. Aminudin Aziz.

    Pada tanggal 8-9 September 1960, di bentuklah suatu panitia kecil yang di ketuai oleh Sahabat M. Said Budairi dengan anggota Sahabat Chalid Mawardi dan Sahabat Fahrurrazi AH, untuk merumuskan Peraturan Rumah Tangga PMII, dalam Sidang Pleno II PP PMII, peraturan rumah tangga PMII dinyatakan sah berlaku melengkapi peraturan dasar PMII yang sudah ada.

    Sidang pleno II PP PMII juga mengeshakan bentuk muts topi, selempang PMII, dan lambing PMII diserahkan kepada pengurus harian. Dan juga dikeluarkan pokok-pokok aturan mengenai penerimaan anggota baru (MAPABA sekarang). 

Hubungan Struktural PMII dengan NU

    Berdasarkan surat keputusan (SK) PB NU tertanggal 14 juni 1960, struktur organisasi PMII dimasukan menjadi bagian Badan Keluarga NU yang menginduk pada salah satu Badan Otonom (BO) NU yang bergerak di bidang Pendidikan yaitu Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif NU. Keputusan PB NU itu kemudian dituangkan ke dalam Peraturan Dasar (PD) dan Peraturan Rumah Tangga (PRT) PMII Bab IV pasal 7, namun empat tahun kemudian dalam muktamar NU yang ke 23 pada tahun 1964 di Bandung, keberadaan PMII disahkan Menjadi salah satu Badan otonom NU dan sejajar dengan Badan Otonom lainnya.  

    Berdasarkan PD PMII Bab VI pasal 7 tentang struktur organisasi PMII adalah Pucuk pimpinan (PP) yang sekarang diganti menjadi Pengurus Besar (PB) Kepengurusan tingkat Pusat berkedudukan di Ibukota Negara, Pimpinan Wilayan (PW) yang sekarang diganti menjadi Koordinator Pimpinan Cabang (KPC) Kepengurusan tingkat provinsi yang berkedudukan di ibukota provinsi, Pimpinan Cabang (PC) kepengurusan tingkat kabupaten, Pimpinan Komisariat (PK) Kepengurusan tingkat Perguruan tinggi, Pimpinan Rayon (PR) kepengurusan tingkat Fakultas. 

    Sesuai PRT Bab III Pasal 3, keanggotaan PMII tidak hanya Mahasiswa yang duduk di perguruan tinggi melainkan juga santri-santri pondok pesantren yang telah lulus Madrasah Aliyah (setingkat SMA). Peraturan ini dimaksudkan untuk mempercepat proses pengembangan wilayah PMII. 

    Selanjutnya untuk mempererat hibungan PMII dengan organisasi yang menjadi induknya (LP Ma’arif NU), maka ditunjuk Sahabat Said Budairi, Sekertaris Umum PP PMII untuk duduk di LP Ma’arif mewakili PMII.

    Kurang lebih setahun sejak berdirinya PMII di Surabaya sampai dengan Kongres I PMII pada bulan Desember 1961 di Tawangmangu Surakarta Jawa Tengah, PMII sudah memiliki 13 cabang, yaitu :

1)Cabang Yogyakarta

2)Cabang Surakarta

3)Cabang Semarang

4)Cabang Bandung

5)Cabang Jakarta

6)Cabang Ciputat

7)Cabang Malang

8)Cabang Makasar/Ujungpadang

9)Cabang Surabaya

10)Cabang Banjarmasin

11)Cabang Padang

12)Cabang Banda Aceh

13)Cabang Cirebon

    Dan pada Kongres PMII yang ke II tanggal 25-26 Desember 1963 di Kaliurang Yogyakarta yang dihadiri 31 Cabang, yang 18 Cabang  diantaranya adalah Cabang Baru yaitu:

1)Cabang Menado

2)Cabang Tulungagung

3)Cabang Serang

4)Cabang Jambi

5)Cabang Ambon

6)Cabang Jember

7)Cabang Purwokerto

8)Cabang Pemalang

9)Cabang Medan

10)Cabang Martapura

11)Cabang Sibolga

12)Cabang Kudus

13)Cabang Bogor

14)Cabang Pematang Sinar

15)Cabang Curup (Bengkulu)

16)Cabang Tasikmalaya

17)Cabang Kediri

18)Cabang Amuntai

Dalam kongres ke II ini PMII mengeluarkan pokok-pokok pikiran antara lain :

Penegasan Yogyakarta, sebuah tekad PMII untuk selalu berpihak kepada amanat penderitaan rakyat. Dan lain-lain

Tentang perlunya penyelenggaraan Konprensi Islam Asia Afrika, Tentang perlunya Kerjasama Internasional, ukhuwah Islamiyah, serta pernyataan bahwa PMII siap melaksanakan pernyataan itu tanpa reserve.

Proses Munculnya Gagasan Indepedensi

    Gagasan Indepedensi PMII pertama kali muncul dalam forum Kongres IV pada 25-30 April 1970 di Makasar. Dalam sesi pemandangan umum cabang-cabang di forum kongres tersebut. Utusan dari Cabang Yogyakarta yang diwakili oleh ketua Umumnya saat itu yaitu sahabat Yahya Umar menyampaikan gagasan Independensi PMII. Ia mengatakan “PMII sebagai organisasi mahasiswa sudah saatnya menyatakan tidak terikat atau tidak tergantung dengan kekuatan manapun termasuk NU. Tugas dan misi utama mahasiswa adalah sebagai kekuatan moral (more force) bukan alat keperjuangan partai politik. Kalu PMII tetap tergantung pada partai NU sementara keberadaannya selalu dilanda konflik, itu akan mengaburkan perjuangan mahasiswa”.

    Gagasan ini sebenarnya tidak hanya sekali disampaikan dalam forum PMII. Beberapa kesempatan setiap ada acara yang melibatkan PP PMII, Cabang Yogyakarta merupakan kelompok yang cukup kritis dalam menyikapi perkembangan yang terjadi dalamtubuh PMII.

    Ketua Umum PP PMII Sahabat Zamroni semula mendukung Abduh Paddare menolak gagasan indepedensi. Namun setelah usai pemilu 1970 dimana Golkar meraih kemenangan mutlak, Sahabat Zamroni merubah sikap dan mendukung gagasan Indepedensi. Alasannya, sikap pemerintah terhadap masyarakat dan ormas-ormas terutama islam yang tidak mendukung sekertariat Bersama Golkar makin reprensif. PMII sebagai organisasi onderbouw NU juga merasakan represi itu.

MUBES PMII ke-II

    Pada tanggal 14-16 juli 1972, dilaksanakannya Musyawarah Besar (Mubes) di Munarjati Lawang Malang Jawa Timur, Mubes merupakan institusi organisasi terbesar kedua setelah kongres, dan hanya dilaksanakan manakala terjadi berbagai persoalan penting. Mubes ke du aini berlangsung cukup “panas” karena membicarakan masalah krusial bagi kelangsungan hidup PMII, yaitu keinginan untuk indepedensi atau tidak terkait secara structural dengan partai NU.

    Dalam acara Mubes ini setiap cabang diminta untuk menyampaikan pokok-pokok pikiran mengenai masadepan PMII. Utusan masadepan cabang Yogyakarta saat itu, Slamet Effendi Yusuf mempresentasikan makalah yang berjudul “Mahasiswa, PMII, dan Independensi : sebuah keharusan”.dan pada intinya cabang Yogyakarta meneruskan gagasan Independensi yang pernah disampaikan dalam kongres ke IV di Makasar.

    Ia juga mengeritik sikap pengurus pusat PMII yang terjebak dalam konflik politik dan banyak yang terjun menjadi “pemain politik” yang hanya berorientasikan kekuasaan. Gagasan indenpedensi yang dilontarkan oleh Cabang Yogyakarta ini mendapat dukungan dari cabang bandung, medan dan Jakarta. Utusan dari Cabang Bandung Man Muhammad Iskandar menyetujui gagasan ini sambal meyakinkan para peserta Mubes bahwa sikap Independensi bukan berarti PMII lepas dari NU secara keseluruhan, PMII hanya melepaskan diri dari kestruktural NU, namun tetap memperjuangkan ajaran Islam Ahlussunnah Waljama’ah seperti yang selama ini diperjuangkan oleh NU, sikap ini harus di ambil semata-mata untuk meyelamatkan PMII jdari ambang kematian.

    Kendati gagasan tersebut sudah mendapat banyak dukungan dari berbagai Cabang, namun kelompok Abduh paddare tetap menolak. Kelompok Abduh ini mendapat dukungan dari Cabang-cabang di Jawa timur dan Kalimantan. Kelompokkelompok yang pro independensi tetap tegar dalam menghadapi gugatan, celaan, dan tekanan dari kelompok Jawa Timur, dan kelompok Abduh Paddare.

    Pada tanggal 15 Juli 1972. Sidang MUBES yang di pimpin oleh Umar Basalim, Akhirnya sepakat membentuk tim perumus yang akan bertugas merumuskan sikap indepedensi PMII yang terdiri dari delapan orang.

    Setelah melalui perdebatan yang panjang, rumusan indepedensi ddapat diterima oleh peserta MUBES. Rumusan tersebut kemudian di tuangkan dalam “Deklarasi Munarjati”.

    Hal ini membuktikan bahwa PMII bukanlah Organisasi “semplan” dari organisasi mahasiswa yang lebih dulu ada, tetapi merupakan proses lanjut dari mahasiswa-mahasiswa nahdiyin yang tergabung dalam DPT IPNU sebagai embrio terbentuknya suatu organisasi mahasiswa secara formal. Dalam perkembangannya PMII banyak dibantu oleh partai NU dan itu merupakan hal yang wajar sebab Kerjasama antar organisasi mutlak itu perlu, apalagi salah satu tujuan PMII adalah mengembangkan Nilai-nilai pemahaman Islam Ahlussunnah Waljama’ah. Kalau pada akhirnya PMII menyatakan diri sebagai organisasi “independent” hal ini bukan berarti “habis manis sepah dibuang” seperti yang sering dituduhkan, tetapi harus diartikan sebagai Tindakan membuka wawasan agar lebih terbuka kemungkinan mencari alternatif dan pematangan diri dalam proses pendewasaan.


Tujuan dan Trilogi PMII

A.Tujuan PMII

    Tujuan PMII sebagaimana bermaktub dalam Anggaran Dasar PMII BAB IV pasal 4 yang berbunyi: “terbentuknya pribadi muslim indonesia yang bertakwa kepada allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap, dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya, serta komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan indonesia”.

    PMII juga memiliki Nilai-nilai yang diperjuangkan, dan memiliki pola gerak yang termaktub dalam Trilogi PMII, yang dimana didalamnya memiliki Nilai-nilai beragamadan bernegara. Trilogi PMII adalah tri moto, tri komitmen, dan tri khidmat.

1)Tri Moto yakni Dzikir, Fikir, Amal Sholeh. Kita diajarkan dimana kita harus senantiasa mengingat kepada Allah SWT, dan kita diberi akal sehat olleh Allah SWT untuk berfikir membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sehingga ketika kita berfikir dan senantiasa mengingat akan kebesaran allah SWT. Disitu kita akan tumbuh dalam dirikita sendiri sifat yang baik. Maka ketiga hal tersebut wajib tertanam pada diri setiap kader PMII.

2)Tri Komitmen yakni kejujuran, kebenaran, dan keadilan. Kader PMII merupakan calno-calon pemimpin bangsa masadepan yang wajib mengimplementasikan Tri Komitmen, dimana ketika kita menanamkan kejujuran disitu akan muncul yang namanya kebenaran, dan ketika kejujuran dibarengi dengan kebenaran disitu akan tumbuh yang namanya keadilan. Dan ini semua nilai-nilai yang harus tertanam dalam kader PMII calon pemimpin masadepan.

3)Tri Khidmat yakni Taqwa, Intelektual, dan Profesional. Taqwa akan membawa kepada pemahaman melaksanakan perintah Allah SWT, yang kemudian didukung oleh kadar Intelektual yang cukup sehingga tumbuh kesadaran dalam menjalankan perintah Allah SWT sehingga nampak sifat profesional.

    Keberhasilan dalam pengimplementasian TriLogi PMII nampak dari pola pikir kader, ucapan, serta perbuatan/tindakan dari setiap kader PMII. 

MAKNA FILOSOFI & ARTI LAMBANG PMII

Pada tanggal 17 April 1960 di Surabaya, PMII mendedikasikan dirinya sebagai wadah pergerakan yang secara jelas tertulis dalam tujuannya. PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) sendiri memiliki arti diantaranya adalah.

1)Kata “Pergerakan” melambangkan hamba yang senantiasa bergerak ketujuan yang baik, dan kalimat tersebut menuntut upaya sadar untuk membina dan mengembangkan potensi, agar gerak dinamikamenuju tujuannya selalu berada didalam kualitas tinggi yang mempunyai identitas diri

2)Kata “Mahasiswa” adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggiyang mempunyai identitas diri.

3)Kata “Islam” adalah Islam sebagai agama yang dipahami dengan paradigma Ahlussunnah Waljamaah

4)Kata “Indonesia” adalah masyarakat indonesia yang memiliki falsafah/ideologi bangsa (pancasila&UUD 45)

Lambang PMII 

Diciptakan/didesaing oleh H. Said budairi

1.Perisai berarti ketahanan dan keampuahn Mahasiswa terhadap berbagai tantangan dan pengaruh dari luar.

2.Bintang adalah lambang ketinggian dan semangat Cita-cita yang selalu memancar

3.V(lima) bintang melambangkan yang paling besar adalah baginda Nabi dan yang empatnya adalah Khulaurrosyidin

4.IV (empat) bintang di bawah menunjukan empat madzhab yaitu imam syafi’i, hambali, hanafi, maliki.

5.Sembilan bintang melambangkan walisongo pemuka agaman di indonesia

6.Warna biru tua melambangkan kedalaman ilmu pengetahuan yang harus dimiliki oleh kader-kader PMII.

7.Biru muda melambangkan ketinggian takwa, budi pekerti, dan ilmu pengetahuan.

8.Warna kuning melambangkan mahasiswa yang memiliki sifat sabar, dan semangat yang selalu menyala.


Penyusun Naskah: Fahmi K Lubis, Siti Latifah, dan Fiki Abdul R

Editor: Biro Literasi dan Intelektual 


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.