Header Ads

PMII Komisariat Walisongo Purwokerto, Gelar Sekolah Islam Gender


dokumentasi stadium general sig 2022

Rayda PMII Purwokerto – Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri Komisariat Walisongo Purwokerto selenggarakan Sekolah Islam Gender dengan mengusung tema ‘’Dinamisasi Gerakan Optimalkan Kesetaraan’’ pada Jum’at, (23/12/2022) sampai Minggu (25/12/2022)

Acara ini berlangsung di SMK Ma’arif NU 2 Karanglewas dengan diawali stadium general yang menghadirkan pembicara Rudjito (jurnalis NU online Banyumas dan Dr. Bergas Widadi (Owner MCM Group Purwokerto) 

Ketua Kopri Komisariat Walisongo, Ainun Robiatun Syafa’ah mengatakan adanya Sekolah Islam Gender ini adalah kaderisasi formal untuk menjebatani para sahabat/i dalam berproses dan tanggap atas apa yang menjadi tanggungan sahabat/i dalam mensetarakan gender.

‘’ Output dari acara Sekolah islam gender ini adalah bagi para kader dari internal yakni untuk melatih mental para kader serta menambah wawasan kesetaraan atas laki-laki dan perempuan, serta memberikan gambaran acara untuk kedepannya,’’ ungkapnya

Ainun berharap pasca Sekolah Islam Gender, seluruh kader bisa tetap konsisten dalam ghiroh menjalankan kaderisasi formal dan senantiasa mendukung laju pergerakan organisasi.

‘’Pesan saya, kader-kader pergerakan khususnya kader kopri, tetap berdikari, mari mengupayakan untuk bisa berwirausaha mengimplementasikan yang disampaikan pada forum stadium general, manfaatkan media secara intens untuk mempublikasikan kebaikan,’’ ujarnya.

Sementara itu, Nana Annisa Qoniatus Saadah, Ketua PMII Komisariat Walisongo Purwokerto, mengungkapkan tujuan dari adanya sekolah islam gender adalah untuk membukakan pikiran yang luas bagi para kader dan anggota PMII 

‘’SIG adalah kaderisasi formal yang menurut saya wajib diikuti oleh perempuan dan laki-laki sehingga nanti akan tercipta kesetaraan gender dan pemikiran yang luas serta keduanya tidak ada yang timpang atas hak-hak ataupun stigma-stigma yang dibangun oleh konstruksi masyarakat, yang selama ini merugikan salah satu keduanya,’’ ucapnya

Ia juga mengatakan bahwa kader-kader PMII perlu mengalami deskonstruksi nalar, sehingga tidak melihat salah satu gender secara subordinat demi stabilitas ruang bergerak yang lebih merdeka. 

‘’Hari ini, stigma tentang perempuan begitu lekat sehingga mempengaruhi mentalitas perempuan dalam menunjukan potensinya di ranah publik,’’ tukasnya

Nana mengungkapkan, perlu adanya wadah untuk memberdayakan perempuan sehingga mampu untuk mengambil keputusan secara lantang. 

''Perempuan sudah semestinya memiliki self awarnes untuk progress, selalu bernaluri untuk meningkatkan kualitas diri, sehingga tidak hanya menuntut kesetaraan, melainkan sekaligus membuktikannya, ‘’tutupnya.

Tim Redaksi: Lubna Laila

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.